Minggu, 27 Mei 2012

Kunang-Kunang

Kunang-kunang...
Aku ingat saat pertama aku ingin sekali dapat melihatnya secara langsung.
karena dirinya,
aku tertarik melihat bentuk dan rupa kunang-kunang walaupun hanya seekor.

mendengar ceritanya,
rasa penasaran ini makin membesar.

tapi sayang,
aku tidak bisa melihat kehadirannya dari sini.

kamu tau aku ingin bermain dengan kunang-kunang.
melihat keindahan cahayanya bersamamu di tengah kegelapan malam.

hihihi kalo dipikir, keinginanku cukup memalukan..
sampai memintamu untuk membawakan kunang-kunang itu untukku disini.
aku tak tau kalo kunang-kunang itu ternyata mahluk yang rapuh, dan waktu hidupnya sangat singkat.


sayang sekali mahluk dengan keistimewaan seperti itu hanya bertahan semalaman.
kalo saja tidak,
aku sangat ingin memeliharanya,
agar aku bisa melihat keindahan cahayanya bersamamu kapanpun aku mau.

Rabu, 09 Mei 2012

Problem

on Tuesday, May 25, 2010 at 7:59pm ·

Masalah itu emang warna hidup, karena kalo ga ada masalah hidup ga akan berwarna.
Masalah membuat kita berpikir lebih dewasa untuk ke depan, masalah juga kunci kita untuk belajar memecahkannya.
Tanpa masalah, hidup ga ada artinya.
Kosong.
Ga ada lika liku dan pengalaman hidup yang bisa diambil.

Setiap manusia hidup pasti punya masalah.
Sekecil apapun itu dan sebesar apapun itu, masalah harus kita hadapi dengan sabar perlahan-lahan. Masalah adalah teman, kadang kita berpikir masalah kita terlalu berat sampai kita tidak sanggup menghadapi itu sendrian.
Ingat!
Bagi kita kaum muslim, Allah SWT tidak akan memberikan masalah di luar batas kemampuan umatnya.
Jadi jangan takut sendrian.
Sharing masalah itu dengan Allah SWT yang pasti bisa membantu kita. Dengan orang-orang kepercayaan kita yang mungkin juga bisa sebagai tempat untuk berbagi sehingga beban kita jauh lebih ringan.
Ambilah hikmah di setiap masalah yang kita hadapi.
Pikirkanlah bahwa pasti selalu ada jalan keluar dari setiap masalah, dan pasti itu rencana terbaik dari Allah SWT yang tertunda untuk kita.
SEMANGAT walawpun hidup tidak lepas dari masalah.
Itu hal wajar.
Kita harus tetap sabar dan hadapi semuanya dengan penuh keikhlasan. .

DON'T GIVE UP!

Bad Day!

on Tuesday, July 27, 2010 at 8:02pm ·

Di awali dgn berangkat sekolah harus menembus derasnya hujan.
Basah, basah dan basah.

Lalu lupa bawa modul Akuntansi!
Shit!
Mana pelajaran pertama lagi.
Langsung gw minta sobat gw buat bawa dan pinjemin ke gw.
Ternyata modul kelas dia dan gw beda.
Ckckck
nasiiib..
Pelajaran akuntansi dimulai, gw ribet sendri gara2 byk tgs yg blm selesai gw kejar.
Udah gitu masih ditambahin pula.
'besok ulangan!'
jeng jeeeeng...
Kata2 itu bikin tampang gw udah kyk tokoh komik jepang yg lg cengo kali.

Tugas IPS gw selesain jg saat itu, dan gw langsung persentase ke dpn hufth.

Ga jadi latihan vokal buat lomba.
Ada rapat LPJ pula pulang sekolah.
Mana tugas sama ulangan numpuk!

Selesai rapat, gw langsung cabut pulang sendirian. Plus ujan2nan.

Naik angkot. Setengah perjalanan gw baru sadar sesuatu.
Tas gw sobek!
Dan gw yakin gw kecopetan lagi.
SIAL!
Copet ga tau diri !
Gw lagi BT ditambahin masalah lagi.
Tas gw rusak, barang2 gw pada jatoh di jln tanpa gw tau.

Hari ini gw sial bgt!

Rinduku Pada Takbir

on Thursday, August 25, 2011 at 12:42pm ·

Sayup terngiang gema megah takbir Mu

Diantara goresan semu lukisan langit
Diantara senandung hembus angin


Aku rindu pada takbir
Tapi aku takut Ramadhan berakhir
Aku tak ingin terlalu cepat takbir berkumandang
Ah, sadarlah! Waktu terus bergulir

Bergetar hati ini
Menetes airmata ini
Mendengar lantunan takbir Mu


Sekejap tersadar,
Betapa tiap aliran darah ini penuh dosa,
Bagai buih di lautan...
Bagai butiran pasir di tepi pantai...
Betapa tiap langkah ini tak selalu berguna,
Betapa tiap hembusan nafas ini pertanda umur kian berkurang


Ya Allah...
Beri aku kekuatan untuk mendengar takbir Mu..
Airmata terus mengalir, tak sanggup hati ini meresapi setiap kata yang terlantun
yang akan menghapus dosaku bagai debu tersapu angin


Ya Allah...
Aku selalu rindu pada takbir Mu



#selamat hari raya Idul Fitri 1432 H / 30-31 Agustus 2011 mohon maaf lahir & batin :D

MEREKA

on Saturday, October 9, 2010 at 6:51am ·

Ini adalah potret kehidupan yang ada di sekitar kita.
Yang sering gue amati selama gue pulang pergi ke sekolah tiap hari.
Gue yang selalu berangkat sekolah pkl.05.30 bersama dengan terbitnya matahari, emang ngantuk!
Tapi jadi semangat kalo saat perjalanan menuju sekolah gue ngeliat orang-orang yang juga udah semangat bangun pagi-pagi.
Seneng rasanya kalo liat orang-orang bangun sepagi itu buat cari nafkah keluarga.
Terbayang sama gue gimana mereka begitu bertanggungjawab kepada keluarga.
Tukang sayur, ga akan ada masakan buat kita hari ini klo ga ada mereka.
Tukang koran, yang selalu menyampaikan kabar dunia sepagi itu untuk kita.
Tukang roti, penjual nasi uduk dan sarapan pagi lainnya, yang selalu siapkan menu siap saji untuk kita yang ga punya waktu buat bikin sarapan sepagi itu.
Supir angkot, kenek bis, buat kita yang blm punya kendaraan, mereka berjasa banget mengantar kita ke tempat tujuan.
Petugas-petugas kebersihan jalanan, pengantar-pengantar barang dagangan buat dijual lagi ke masyarakat.
Dan masih banyak lagi aktivitas lainnya yang dimulai di pagi hari itu.
Gue pun sering menemukan pemulung yang masih tertidur di halte-halte pinggir jalan.
Ya Allah... mereka tidak punya tempat berteduh, tapi dimanapun mereka tidur tetap bisa begitu lelap dan nyamannya. Ga menghiraukan suara bising kendaraan di pagi itu.

Sore hari yang sering diguyur hujan lebat. Awan hitam, angin kencang, kilatan petir bergemuruh.
Gue yang pulang sendiri dari sekolah naik angkot masih memperhatikan keadaan sekitar jalanan yang ga bisa menutupi rahasia. Gue takut pulang kehujanan. Tapi lihat!
Seorang lelaki paruh baya berlari mndorong gerobaknya yang berisi barang-barang dan kardus-kardus bekas dengan terburu-buru.

Ya Allah... Apa jadinya kalo kardus-kardus itu rusak diguyur hujan, pasti ia tidak bisa menjualnya untuk makan keluarganya nanti.
Pedagang mainan, pedagang buah.. Mereka berusaha berteduh untuk menyelamatkan barang dagangan yang mungkin bukan milik mereka. Dan pedagang codet yang dipikul, gue mikir jaman sekarang siapa yang mau beli codet itu?! Padahal dia udah berat-berat mikul keliling jalanan.

Ya Allah...
Sedih rasanya melihat semua itu. Mereka berkorban untuk keluarga mereka.
Tapi itulah hidup. Bagaimanapun beratnya harus tetap di jalani dengan ikhlas.
Dan itu yang membuat gue semangat untuk pergi ke sekolah tiap hari.

TAMAN LANGIT


Sunday, January 1, 2012 at 8:42pm ·
Pukul 22:30.

Satu setengah jam lagi tahun baru tiba. Orang-orang brkumpul di sini, ya tempat yg Ayta & Kim beri nama 'TAMAN LANGIT'.
Tempat yg sangat spesial utk mereka berdua. Tp tempat itu ga sepi apalagi tersembunyi. Siapapun bisa ikut merasakan keindahan langit mlm itu brsm org yg mereka syg.

Ledakan suara petasan dan kembang api menambah meriah suasana malam itu. Dinginnya angin mlm tak terasa krn kehangatan tawa dan senda gurau setiap org. Hamparan rumput menjd alas duduk Ayta & Kim seadanya.


Senyum Ayta mengembang.

'Seneng?' tanya Kim yg melihat wajah ceria Ayta. Ayta hanya menganggukkan kepalanya yakin.

'Indah banget ya?!' tanya Kim lg.
'Iya, kembang apinya bagus-bagus,' jwb Ayta sambil memeluk kedua lututnya.
'Bukan.'
Ayta langsung menoleh ke arah Kim yg berada tepat di sampingnya, 'Bukan apa?'
'Bukan krn itu mlm ini indah...'
'Terus?' mata Ayta menatap wajah Kim penasaran.
'Tp krn ada km di samping aku skrg'.
Ayta terdiam. Lalu senyumnya kembali mengembang.

Disandarkan kepalanya di pundak Kim sambil memejamkan mata.

Membiarkan angin menerpa wajahnya dan meniup helai demi helai rambutnya perlahan.


'Sok romantis!' canda Ayta.
'Biarin, emang kenyataannya begitu'.

Malam ini memang indah. Sangat indah utk mereka berdua. Kesempatan mereka menikmati detik-detik bersama, setelah sekian lama ga bertemu.

'Baru kali ini gue ngajak anak org keluar tengah mlm,' aku Kim.
'Hahahaha namanya jg thn baru, norak deh. Takut yaaa?!' cela Ayta lg.
'Ya masalahnya lu msh kecil,' balas Kim.
Ayta mengangkat kepalanya dari bahu Kim sambil memasang wajah geram ala komik, 'Jgn mentang-mentang bdn gue kcl trus lu blg gue anak kcl ya'.

'Hahahaha kan emang anak kecil,' ledek Kim.
'Umur gue 17 thn masih aja dibilang ank kecil, blm pernah dicakar kucing ya?!'
'Hahahahaha iya, iya, ampun jelek. Galak bgt sih, jd takut,' jwb Kim sambil mencubit pipi Ayta gemas. Ayta meringis pelan.

'Kalo berdua sm kamu knp sehari berasa cpt bgt ya?' tanya Kim menatap kosong ke dpn.
'Hmm... Mungkin krn waktu pertemuan kita jauh lebih singkat daripada waktu perpisahan kita,' jelas Ayta sambil menghela napas panjang.

Kim menatap tajam mata Ayta.

'Kok lu ngeliatin gue kyk gitu?'
Kim diam sejenak, lalu tertawa kencang.
'HAHAHAHAHAHAHA..'
'Ih apaan sih lu malah ketawa ga jelas gitu. Udah malem jd gila ya lu?!' kata Ayta sambil memukul-mukul pundak Kim.
'Hahahaha... Kata-kata lu berat bgt Ay.'
'Aaaah lu aja yg lebay.'
'Hahaha... Maaf dah, kalo udah mlm emang rada ga waras jg gue, hahahaha,' tawa Kim puas meledek Ayta.

Ayta diam sambil cemberut.

'Ngambek deh nih,' kata Kim yg melihat tingkah Ayta.

Ayta masih diam.

'Ya udah, aku tinggal jajan ya,' goda Kim sambil berdiri.
'MAU KEMANA!?' teriak Ayta.
'Mau beli es buah. Kamu kan lg ngambek, ya udah kamu tunggu di sini aja,' Kim berjalan ke arah jejeran pedagang yg tdk jauh dari tempatnya duduk, meninggalkan Ayta.
'IKUUUUUUT..!!!' Ayta langsung berlari mengejar Kim. Disaat kyk gini Kim paling tau, buat ngilangin ngambek Ayta hrs lwt perut.

Kim memesan dua porsi es buah. Saat lagi asik makan, kebiasaan Ayta dimulai. Satu sendok Es buah yg harusnya masuk ke mulutnya malah tumpah. Ayta pun tersenyum ke arah Kim menyadari kesalahannya.
'Ah jelek, makanya kalo mkn pelan-pelan,' kata Kim.

Selesai makan dan membayar, mereka berdua kembali duduk di tempat semula mereka duduk tadi.

Kembali menikmati langit malam yg penuh cahaya kembang api bersama dgn anak-anak kecil, ibu-ibu, bapak-bapak dan para pasangan lainnya.

Saking ramainya yg berpartisipasi memasang kembang api, Kim sempat menutupi kepala Ayta dgn tangannya agar Ayta tdk terkena percikan api.
Kim tau tugasnya utk slalu menjaga Ayta.
Dia harus mengembalikan Ayta pulang seutuhnya tanpa kurang suatu apapun.
Walaupun perasaan nervous masih suka menghantui ketika ia hrs membonceng gadis yg satu itu saat naik motor.
Entah kenapa.
Mungkin krn perasaan sayangnya yg sangat tulus hingga ia tak mau sedikitpun melukai Ayta.
...
Pukul 00:00

tak terasa tahun telah berganti. Suara petasan dan kembang api makin riuh, ditambah suara terompet yg saling bersahutan.

Taman Langit mlm semakin indah berwarna.
Ayta & Kim berdiri dr duduknya. Ayta tak mau kehilangan momen indah ini, ia merekam setiap letusan kembang api di langit dgn kamera handphonenya

Kim ikut melihat dr blkng tubuh mungil Ayta. Memperhatikan setiap tingkah yg dibuat Ayta.

Taman Langit malam ini telah menyihir siapapun yg berada disini. Ikut merasakan bahagia, ikut merasakan kemeriahan perayaan thn baru brsm.

'Happy new year, sayang,' bisik Kim di telinga Ayta.
Ayta menoleh ke blkg.
'Happy new year juga, sayang,' jwb Ayta sambil tersenyum lalu melanjutkan merekam kembang api lg.

Kim berharap thn ini ia msh bs melwti hari-hari brsm Ayta.

Kedua tangan Kim tanpa dipaksa memeluk pelan tubuh Ayta dr blkng.
Ayta tdk menghindar.
Kini Ayta ada dlm dekapan Kim.
Sangat dekat.
Hingga Kim dpt mengikuti setiap hembus napas Ayta, mrasakan kehangatan tubuhnya, mencium aroma harum rambutnya, dan memperhatikan setiap senti garis wajahnya.
Ia takut kehilangan Ayta. Ia tak mau melepaskan dekapannya ini.

Pesta kembang api pun brakhir. Namun keindahan Taman Langit tdk ikut berakhir. Membuat org-org msh enggan meninggalkan tmpt ini.

Dan Kim, msh erat memeluk Ayta.
'Pulang yuk,' ajak Ayta sambil melepaskan pelukan Kim.
'Masih pewe aku, Ay,' tukas Kim.
'Aku juga lek. Tapi janji sm mama aku pulang jam brp. Inget ga?'
'Jam setengah satu.'
'Ya udah, ayo!' Ayta brjln menuju motor yg diparkir.

'Ay!' panggil Kim.
Langkah Ayta terhenti sambil menoleh ke arah Kim.
'Aku sayang sama kamu,' ucap Kim sambil mencium pipi Ayta tiba-tiba. Ayta kaget lalu mengejar Kim yg tlh siap mengantarnya pulang dgn motor.

'DASAR KIM JELEK! Ga tau sopan santun, ga tau malu.......'
'Udah diem, dasar bawel!' potong Kim.
Ayta pun diam. Kali ini ga ngambek, malah ia terlihat trsenyum bahagia.
'Terima kasih Taman Langit, udh jd tmpt terindah buat kita semua.'

Welcome to me :)

Udah berapa kali ya gue buat blog, ngga ada yang pernah bisa gue buka gara-gara lupa paswordnya hahaha
semoga kali ini ngga lagi deh

gue bakal mencoba buat nyalurin salah satu hobi gue disini, yaitu nulis.

buat gue nulis bisa bikin gue nuangin semua perasaan gue.
mau itu lagi seneng, sedih atau apapunlah perasaan yang lagi gue rasain.

dan sekarang gue bisa cerita-cerita di blog terbaru gue ini.


menurut gue, di dalam menulis ngga ada yang harus disalahkan dan dibenarkan.
karena siapapun yang menulis, tulisan itu adalah ungkapan perasaannya.
dan perasaan ngga ada yang harus dibenarkan ataupun disalahkan


well...
itu aja pembukaan dari gue sebelum berlanjut ke tulisan-tulisan gue berikutnya

see you guy's ^^

seribu...



     “Jelek banget sih nih duit,” ucap Bima sambil memegang ujung uang kertas milik Reva.
            “Yeee jelek-jelek juga duit tuh namanya,” ujar Reva.
            “Hobi lu tuh emang selalu nganiaya uang kecil ya, Va?” tanya Nina sambil menggelengkan kepalanya pelan.
            “Yailah lagian juga cuma seribuan. Udah tuh buat lu aja,” Reva menyerahkan uang kertas seribuan itu. Bima langsung menerimanya dengan senang hati, “hahaha lumayan buat beli es,”. Reva melongo melihat tingkah sahabatnya.
            Nina heran dengan tingkah Reva yang menyimpan uang kecil seenaknya. Ia termasuk orang yang risih ketika mendapati uang kertas yang lecek, kotor, penuh coretan, bahkan sobek hingga terbagi dua seperti yang biasa dilakukan oleh Reva.
            “Gak mikir apa kalo kelakuannya itu bisa merugikan negara,” ungkapnya dalam hati        
***
            “Nih, Bang,” Reva menyerahkan selembar uang seribu bersolasi karena telah sobek menjadi dua bagian pada tukang gorengan di kantin sekolahnya.
            “Cantik-cantik kok duitnya kayak gitu sih,” tukas Damar tiba-tiba.
            “Eh, D-D-Damar...” Reva kaget saat Damar, cowok yang dia kagumin menegurnya. “I-i-iya... lagian cuma seribuan aja kok. Ga ngaruh kali,” jawab Reva.
            “Siapa bilang?!”
            “Gue yang bilang  barusan, hehehe,”
            “Suatu saat lo bakal narik kata-kata lo tadi, Va.”
            “Maksud lo?” Reva bingung.
            “Iya. Lo bakal tau gimana sangat berartinya uang walaupun cuma seribu,” jelas Damar sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan Reva. Reva masih diam tidak mengerti.
            “Neng, nih gorengannya mau diambil ga?” tanya tukang gorengan yang melihat Reva bengong daritadi.
            “Eh, iya, iya, Bang,” Reva segera mengambil gorengangannya dan kembali ke kelas.
***
“Hahahahahahaha....” Bima tertawa geli mendengar cerita Reva saat bertemu Damar di kantin.
“Kok lo malah ngetawain gue gitu sih, Bim?!” Reva merengut.
“Yaiyalah, gimana gue gak ketawa tau lo disindir kayak gitu sama gebetan sendiri. Jangankan Damar yang nyaris perfect itu, gue yang kayak gini juga bisa ilfeel kalo ngeliat cewek nyimpen duit-duit seribuan yang lecek kayak yang lo punya,” Bima meringis geli.
“Gitu banget sih lo,” Reva memanyunkan bibirnya.
“Gue jadi penasaran, berapa banyak sih duit seribuan yang udah lu aniaya terus lo simpen di rumah?” tanya Bima. Reva hanya mengangkat kedua bahunya yang menandakan jumlahnya tidak sedikit.
***
            “Hai Guy’s!” Nina datang dengan ceria. Bima dan Reva sudah bisa menebak ada informasi penting yang akan Nina sampaikan.
            “Ada info bagus apa, Na?” tanya Reva.
            “You know what?! Besok ada pameran fashion di Dream Park, dan gue yakin bakal banyak diskon di sana...”
“Kita bisa shopping!” Teriak Nina dan Reva bersamaan.
            “Haduuuh... Dasar cewek, gak boleh denger kata diskon sedikit pasti di otaknya langsung terprogram buat shopping,” keluh Bima. Nina dan Reva saling berpandangan dan tertawa bersama-sama.
            Maklum Bima satu-satunya cowok di antara mereka bertiga. Jadi kalo terasingkan dan kadang suka gak nyambung ya wajar saja.
            “Oya Va, jangan lo bawa uang-uang kertas seribuan yang lo punya ke sana,” pesan Nina.
            “Loh, kenapa?”
            “Lo tuh bisa malu-maluin gue, tau gak? Masa shopping pake duit lecek.”
            “Hahaha, tenang aja, Nin. Revatisya Nova, gak bakal shopping pake uang seribuan lecek,” ujar Reva meyakinkan.
***
Esok harinya...
            “NINAAAA... Gue mau yang ituuuuu,”  teriak Reva sambil menunjuk ke arah dress hitam.
            “GUE MAU YANG ITUUU,” kali ini Nina yang teriak sambil menunjuk ke arah high heels merah.
            Reva dan Nina pun menikmati saat-saat shopping mereka. Karena saking asiknya shopping, Reva dan Nina tidak sadar kalo mereka telah terpencar.
            “Ya ampuuun, Nina kemana sih?! Gue kan lupa jalan di daerah sini. Mana belanjaan gue banyak banget lagi. Duit gue juga cuma tinggal lima puluh ribu di dompet,” keluh Reva. Ia pun duduk di pinggir taman sekitar situ untuk mereganggkan otot-otot kaki dan tangannya yang daritadi telah ‘bekerja keras’. Tiba-tiba tanpa sengaja ia melihat Rio, salah satu personil Slash-B, boyband favoritnya sedang memarkir mobil.
            “I-i-itu kan Rio!” Reva langsung merapikan dandanannya dan berlari menghampiri Rio.
            “Ri-Rio...?!” sapa Reva sok dekat.
            “Iya, ada apa ya?” tanya Rio sambil tersenyum ramah.
            “Gu-gue Reva, gue ngefans banget sama boyband lo dan khususnya lo,” Reva tersenyum lebar. “Gue boleh minta tanda tangan?” pinta Reva.
            “Boleh kok, dimana?” Rio balik bertanya. Reva mencari kertas. Tapi yang ia temukan hanya satu lembar uang lima puluh ribu dan dua lembar uang kertas seribuan yang sudah lecek dan berwarna kecoklatan. Sementara Rio mencari pulpen di mobilnya.
Akhirnya Reva memilih mengeluarkan uang seribuan lecek itu dibanding uang lima puluh ribu, karena itu akan ia gunakan untuk ongkos pulangnya nanti. Reva menyerahkan selembar uang seribuannya pada Rio. Rio terdiam sejenak. Lalu menatap Reva dari ujung kaki sampai ujung rambut.
“Maaf, ada uang yang lebih bagus sedikit gak?”
Pertanyaan Rio bagaikan panas matahari yang seakan telah melelehkan wajah Reva. Sambil mencoba tersenyum, Reva mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu yang ia miliki dengan sangat terpaksa. Rio mulai menandatangani uang tersebut. Setiap tarikan garis dari pulpen Rio di uang itu seperti jarum yang menusuk kulit Reva. Itu artinya ia tidak bisa menggunakan uang itu untuk ongkos pulangnya.
“Ini uangnya,” kata Rio tersenyum manis.
“Te-te-terimakasih ya,” jawab Reva tergagap.
“Oke sama-sama,” Rio pun pergi meninggalkan Reva yang masih berdiri terpaku.
Reva mengeluarkan handphonenya. Lowbatt. Sekarang ia harus rela pulang berjalan kaki. Kabar buruk, perutnya kini tidak mau kalah minta diisi. Reva terus berjalan sambil mecari penjual makanan. Langkahnya berhenti pada penjual gorengan, kudapan kesukaanya. Ia mengeluarkan dompetnya. Hanya tinggal dua lembar uang seribuan lecek dan dekil.
“Abang, bisa beli dua ribu?” tanya Reva pada penjual gorengan.
“Bisa, Neng.” Reva tersenyum lega. Ia pun mengambil beberapa gorengan.
“Bayar pake uang ini bisa gak, Bang?” tanya Reva lagi sambil menyerahkan dua lembar uang seribuan dekilnya.
“Bisa kok, Neng. Emang kenapa? “ Penjual itu balik bertanya sambil menerima uang dari Reva.
“Kok Abang mau dibayar pake uang jelek, lecek terus dekil kayak gini?” Reva kembali bertanya.
“Hahaha saya ini emang udah biasa diperlakuin kayak gitu, Neng. Mungkin karena saya orang kecil, jadi orang-orang seenaknya ngasih duit jelek kayak gini. Padahal saya sama pedagang yang lain kan berhak dapat duit yang layak, yang masih bagus. Tapi kalo gak ada duit seribuan jelek kayak gini, yang ada nanti saya sama keluarga saya gak bisa makan, Neng,” jelas penjual gorengan itu.
Reva terdiam kagum. “Terimakasih ya, Bang,” ucap Reva sambil berjalan pergi. Ia sekarang mengerti maksud dari kata-kata Damar waktu di kantin saat itu. Betapa selembar uang seribu sangat berarti untuk mereka yang ekonominya berada di bawah Reva. Dan mungkin sekarang untuk Reva sendiri. Uang lima puluh ribu menjadi tidak berharga setelah ditandatangani oleh Rio tadi. Karena itu artinya ia harus menyimpan uang itu sebagai kenang-kenangan. Kini uang seribuan pun sangat Reva harapkan agar ia bisa pulang ke rumahnya.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di sampingnya. Langkah Reva terhenti. Seorang cowok tampak dari balik jendela mobil.
“Damar..”
“Kok lo jalan kaki sendirian? Mau kemana?” tanya Damar bingung.
“Iya nih, gue mau pulang,” jawab Reva.
“Ya ampuun... ayo naik, gue anter lo balik,” ajak Damar.
Reva diam gak percaya.
“Kok malah diem, ayo cepetan naik, udah malem.”
Reva pun setuju dengan ajakan Damar. Lagi-lagi dia beruntung.
“Lo kok bisa sampe sini sendirian, Va?”  tanya Damar lagi.
“Ceritanya panjang, Mar. Yang jelas gue udah ngerti sama kata-kata lo waktu sama gue di kantin,” jawab Reva. Damar tersenyum ke arah Reva.
Reva membalas senyuman Damar, lalu memandangi uang lima puluh ribu yang telah ditandatangani Rio. Kini Reva janji gak akan menganiaya uang kertas seribuan lagi. Ia akan menghargai berapapun nilai material uang itu. Dan karena uang seribuan ia jadi bisa dekat dengan Damar kayak sekarang.

***